Perkosa Tetangga...


Sebagai seorang  wanita sudah sepantasnya di usiaku yang sudah menginjak 30 tahun telah menikah atau setidaknya sudah biasa dapat menikmati hubungan intim, tapi hal itu belum pernah aku lakukan karena aku begitu pemalu dan juga demikian dingin pada setiap pria yang mencoba mendekati saya.

Aku memang merasa kurang percaya dengan bobot tubuhku, yang beratnya 55 kg sedangkan Domino kiu kiu tinggiku berkisar 155 cm. Sebenarnya banyak yang bilang kalau tubuhku terlihat sintal secara berat seperti itu, tapi aku merasa kegemukan & merasa sangsi diri. Bahkan temanku sejumlah kalau aku memiliki wajah yang begitu cantik dia menyuruhku untuk membuang rasa rambang diriku.


Hingga datang seorang tetangga baru, dia seorang duda dengan anaknya yang masih balita. Namanya Hendri Baskoro karena dia kelihatan sedang muda akupun memanggilnya mas Hendri, akupun mendengar dari mama bahwa usianya kadang masih 37 tahun. Dan di tinggal mati istrinya serta memilih pindah untuk tidak berlarut-larut mengenang serta memilih untuk tinggal di tempat yang baru.

Hingga diapun membeli rumah yang sebelumnya benar-benar di huni keluarga Hermanto tetangga lamaku, karena mamaku memang sebagai RT dalam komplek ini mas Hendripun sering bolak balik rumahku untuk mengurus kepindahannya hingga akhirnya kamipun saling mengenal. Ketika saya main ke rumahnya untuk mengantar berkas yang disuruh oleh mama akupun mengenal putri kecilnya yang demikian manis dan lucu.

Aira namanya umurnya tetap 4 tahun tapi dia begitu menggemaskan, aku yang memang tidak memiliki adik ataupun keponakan yang masih kecil. Akhirnya sering berjalan beserta Aira walaupun awalnya aku bukan menyangka sama sekali jika akhirnya saya akan melakukan adegan dengan papanya raka Hendri, padahal pada antara kami tidak pernah terucap kata cinta tentu amat.

Hari itu kami baru datang daripada jalan-jalan di sebuah pantai sebab kita memang pergi bertiga, sampai di rumah mas Hendri akupun ngerasa kecapekan dan tertidur disana. Awalnya aku tertidur dalam sofa ruang tengahnya akan tetapi ketika saya membuka mataku ternyata aku sudah berada di dalam kamarnya, aku kaget segera saya bangun & hendak meninggalkan kamarnya raka Hendri.

Tiba-tiba dia berlabuh ke di kamarnya “Hei sudah bangun…” Katanya padaku akupun menjawab “Iyaa… mas” Kataku singkat dan cepat menuju pintu kamar, tetapi kakiku kesandung kaki mas Hendri mungkin karena aku gugup belum pernah pada dalam kamar seorang adam, berdua pula untungnya raka Hendri demikian sigap langsung memegang tubuhku hingga saya bukan terjatuh.

Namun saat tersebut juga mata abdi baku beradu dan secara jarak yang begitu dekat. Tanpa aku duga sebelumnya mas Hendri kemudian mencium bibirku yang sinambung bergetar hebat kala itu, tapi raka Hendri kiranya tahu kalau saya tidak ada pengalaman kolektif seklai tentang hal tersebut olehkarena itu itu dia perlahan mencium lalu melumat bibirku. Sedangkan aku seperti patung yang tidak mampu berkutik.

Sampai akhirnya akupun tidak sadar kalau mas Hendri telah mengangkat tubuhku lalu mebaringkannya di atas tempat tidur. Dia berbisik padaku “Sayaang mau tidak kamu menjadi mama dari anakku…? ” putri77.org Sebagai perempuan dewasa yang belum sempat mendapat perlakukan seperti ini daripada seorang laki-laki akupun jadi tersipu malu tapi saya pula begitu senang mendengar kata-kata raka Hendri tadi.

Diapun kembali mendaratkan bibirnya di bibirku sambil tangannya menyentuh bagian sensitifku “OOouuggghhh… eeeuuuummmccchhhh… aaagggghhh… aaagggghhh… aaagggghhh … aaaaagggghhhhh.. ” Kataku sementara itu segar bagian leher saja yang di sentuh mas Hendri dengan bibirnya tapi aku sudah bukan kuat menahannya apalagi kini bibir raka Hendri semakin kebawah.

Begitu sampai di depan buah dadaku dia renek mendaratkan bibirnya di dalam gundukan dadaku itu “Ooouuuwwwww…. aaagggghhh.. aaagggghhh… maaaasss… aaagggghh…” Mas Hnedri akhirnya melaksanakan inti dari permainan itu ia lepas bajuku serta saya hanya bisa melihatnya bahkan aku memang mengharapkan sesuatu tersebut, karena nikmat yang kuarasakan baru kali ini saya tahu.

Perlahan namun pasti mas Hendri mengacungkan kontolnya pada memekku “Oouuwww… pelaaan maaas.. aaaku beluuum pernaaaah… aaagggghhh… aaaaagggghhh… aaaaggghh… aaaggghhhh…” Akhirnya akupun tidak dapat berkata apa-apa lagi yang ada cuma kenikmatan dan kenikmatan yang tiada tara, mas Hendri tersenyum lalu dia balik memelukku sambil terus menghentakan kontolnya.

Sampai tidak lama lantas akupun mendengar dia mengerang keras bahkan datang mendongakan kepalanya “OOouuugggggghhhh… uuugggghh… uuuggghhh… sayaaaaang… aaaaagggghh… aaaggggggghh… aaaggghhh…” Diapun mencium wajahku berulang periode dan akupun tahu bahwa dia sudah biasa mencapai klimaks sedangkan aku sendiri bukan tahu kapan meraih puncak kenikmatan tersebut.

Karena daripada tadi saya sudah merasakan kenikmatan yang sangat tidak bisa aku ungkap pada kicauan. Mas Hendri memeluk tubuhku dan aku bukan segan lagi untuk berbuat taktik yang sama padanya, sejak tatkala itu kami menjalin hubungan bahkan mas Hendri berencana segera menikahiku karena dia takut jika sampai saya hamil. Sebab kami sering melakukan hal itu.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar